Politik

7 Hari Kemah di Balairung UGM, Ini 9 Desakan Mahasiswa

×

7 Hari Kemah di Balairung UGM, Ini 9 Desakan Mahasiswa

Sebarkan artikel ini
7 Hari Kemah di Balairung UGM, Ini 9 Desakan Mahasiswa
7 hari kemah di Balairung UGM, ini 9 desakan mahasiswa. (GUNTUR AGA TIRTANA/RADAR JOGJA)

Detak TribeAksi berkemah di Balairung UGM Yogyakarta telah dilakukan oleh massa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa UGM selama tujuh hari sejak hari Rabu, 14 Mei lalu.

Aksi berkemah ini merupakan salah satu cara berunjuk rasa yang banyak digunakan oleh mahasiswa maupun masyarakat di berbagai belahan dunia lainnya.

Selain melakukan orasi, mahasiswa yang mendirikan tenda-tenda juga melakukan aktivitas lainnya. Mulai dari membaca, membuka lapak buletin, menulis jurnal, mengadakan kelas Photoshop, menyalakan api unggun, sampai dengan pertunjukan musik.

Sementara itu, aksi ini membawa sembilan desakan kepada pihak rektorat kampus. Mulai dari pernyataan sikap mosi tidak percaya pihak rektorat kampus kepada lembaga penyelanggara negara dan menolak bentuk militerisme yang masuk ke ruang sipil, termasuk universitas di dalamnya.

Tuntutan selanjutnya adalah realokasi anggaran pendidikan, ruang publik yang lebih inkusif, sampai dengan mendesak Satuan Tugas Penanganan, Pencegahan, dan Pelaporan Kekerasan untuk mendengarkan suara korban kekerasan, transparan kepada korban, serta melakukan tindakan tegas yang ditujukan kepada pelaku kekerasan seksual.

Sembilan desakan tersebut disampaikan oleh mahasiswa di hadapan jajaran rektorat kampus bersama dengan Rektor Prof Ova Emilia pada hari Rabu (21/5) sore. Forum dialog bersama Rektor UGM dilaporkan diisi dengan adu argumen, meski demikian prosesnya berjalan dengan lancar.

Rektor Prof Ova Emilia diketahui meninggalkan lokasi ketika azan magrib berkumandang. Sejumlah mahasiswa nampak mengejar mobil di lingkungan kampus karena ingin kembali melanjutkan dialog tersebut.

Andi Sandi selaku Sekretaris UGM, menyebut bahwa secara prinsip, pihak universitas telah menanggapi aspirasi dari aliansi mahasiswa. Dirinya turut menambahkan forum dialog juga telah diberikan waktu yang panjang, bahkan tercatat lebih dari batas waktu yang sebelumnya telah ditentukan.

Lebih lanjut, Andi Sandi juga menanggapi tuntutan aliansi mahasiswa dan menjelaskan bahwa institusi pendidikan tinggi tak dapat menyatakan sikap terkait mosi tidak percaya.

Dirinya menyebut bahwa pernyataan tersebut bukanlah sikap yang tepat untuk dilakukan oleh kampus. Meski demikian, dirinya menegaskan bahwa pihak kampus akan terus menjaga netralitas serta mengedepankan pendekatan akademik untuk mengutarakan kritik yang dimiliki.

Andi Sandi juga menekankan bahwa sikap kritis merupakan bagian penting dari suatu institusi pendidikan. Selain itu, nilai-nilai yang dimiliki, transparansi, serta netralitas juga hal yang dijaga oleh institusi pendidikan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news detaktribe.com.