Teknologi

Apple Berencana Pindahkan Seluruh Produksi iPhone ke India, Ada Apa?

×

Apple Berencana Pindahkan Seluruh Produksi iPhone ke India, Ada Apa?

Sebarkan artikel ini
Apple Berencana Pindahkan Seluruh Produksi iPhone ke India, Ada Apa?
Ilustrasi, Apple berencana pindahkan seluruh produksi iPhone ke India, ada apa? (Xinhua/Wang Ying)

Detak Tribe – Perusahaan teknologi Apple Inc. dikabarkan akan memindahkan seluruh produksi iPhone yang semula berada di China ke India.

Rencana ini paling cepat terealisasi pada tahun 2026 mendatang. Sementara itu, iPhone produksi pabrik tersebut akan dijual ke Amerika Serikat.

Pemindahan produksi ini terjadi karena perang dagang yang terjadi antar China dengan Amerika Serikat. Apple akhirnya terdorong untuk mencari dan menemukan opsi yang lebih baik sebagai akibat dari memanasnya perang dagang antar kedua negara tersebut.

Bila melihat ke belakang, diversifikasi produksi ini sebenarnya bukan hal yang baru dan telah dilakukan Apple sejak tahun 2017 lalu.

Hal ini berlangsung ketika Apple dan Wistron, yakni pabrik iPhone yang terletak di Bengaluru, India, diketahui melakukan produksi iPhone SE serta iPhone 6s di pabrik tersebut.

Pada waktu itu, diversifikasi dilakukan karena penetapan pajak impor yang tinggi kepada barang-barang yang berasal dari China.

Lebih lanjut, tahun 2024 lalu, tepatnya pada bulan April, sebanyak 14 persen proses produksi iPhone di dunia diketahui berlangsung di pabrik Apple yang terletak di India.

Pangsa pasar ini pun diperkirakan akan terus bertumbuh hingga 25 persen sampai dengan akhir tahun 2025 ini.

Jumlah ini kemungkinan akan terus meningkat, mengingat usaha Apple untuk menggandakan produksi dan memperoleh lebih dari 60 juta iPhone yang terjual pada setiap tahunnya, terkhusus di India dan Amerika Serikat pada akhir tahun 2026 mendatang.

Keputusan ini merupakan langkah baik, mengingat tekanan yang datang dari kebijakan tarif yang ditetapkan oleh Donald Trump selaku Presiden Amerika Serikat kepada China.

Secara teori, tarif impor yang ditetapkan kepada China oleh AS sebesar 145 persen membuat Apple tetap harus membayar tarif sebesar 20 persen dari ketetapan yang telah diberlakukan oleh pemerintah Amerika Serikat sebelumnya, bahkan jika ponsel pintar sementara ini dikecualikan.

Sementara itu, tarif resiprokal yang ditetapkan Amerika Serikat kepada India jauh lebih kecil dibandingkan dengan China, yakni sebesar 26 persen.

Terlebih, kebijakan tersebut masih belum dijalankan selama kurang lebih tiga bulan, tepatnya selama 90 hari. Situasi ini pun memberi peluang kepada India untuk melakukan negosiasi kesepakatan dengan pihak Amerika Serikat.

Peluang ini memiliki kemungkinan untuk tercapai, mengingat dalam lawatan beberapa waktu lalu yang dilakukan oleh JD Vance selaku Wakil Presiden Amerika Serikat, dikabarkan memberi kesan yang baik.

Dirinya turut mengklaim bahwa India dan Amerika Serikat telah membuat kemajuan yang sangat baik.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news detaktribe.com.