Detak Tribe – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terus mendorong penguatan pendidikan vokasi di berbagai lembaga pendidikan sebagai langkah strategis dalam mencetak tenaga kerja yang terampil dan mampu bersaing di kancah global.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi NTB, Baiq Nelly Yuniarti, menjelaskan bahwa langkah ini sejalan dengan arahan Gubernur Lalu Muhamad Iqbal yang menekankan pentingnya menciptakan tenaga kerja kompeten, terutama untuk mempersiapkan calon Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang siap bersaing di luar negeri.
“Ini yang sedang kami dorong dan perkuat, agar tenaga kerja yang dikirim ke luar negeri memiliki keahlian spesifik. Jadi, bukan hanya bekerja di sektor informal seperti ladang di Malaysia, tetapi benar-benar memiliki kompetensi,” ungkap Nelly dilansir dari Antara, Minggu (15/06/2025).
Lebih lanjut, Nelly menyebutkan bahwa penguatan vokasi di NTB tidak hanya terbatas pada lembaga pendidikan saja, melainkan juga harus melibatkan pihak Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (P3MI) dan dunia usaha atau industri. Kolaborasi ini penting untuk menjembatani ketidaksesuaian kompetensi lulusan dengan kebutuhan pasar kerja sekaligus menekan angka pengangguran.
“Berdasarkan data BPS, tingkat pengangguran tertinggi justru berasal dari lulusan SMK. Maka dari itu, penting untuk menyiapkan lulusan SMK agar menjadi tenaga ahli yang siap ditempatkan di luar negeri,” ujarnya.
Sebagai contoh, kata Nelly, untuk memenuhi permintaan tenaga kerja ke Jepang, meskipun siswa SMK memiliki keterampilan teknis, mereka tetap harus memiliki kemampuan berbahasa Jepang agar bisa diberangkatkan. Hal serupa juga berlaku untuk pasar kerja di Australia yang saat ini membutuhkan lulusan jurusan elektronik.
“Kalau tidak bisa bahasa Jepang, tentu tidak bisa dikirim. Jadi, kita harus latih dulu, kerja sama dengan SMK agar siswa memiliki kompetensi sesuai permintaan. Begitu juga dengan Australia, kita siapkan standar jurusan elektronik sesuai kebutuhan mereka,” jelasnya.
Permintaan tenaga kerja dari luar negeri, khususnya Jepang, diakui cukup tinggi. Namun, NTB belum mampu memenuhinya secara optimal.
“Bayangkan, dari 200 orang yang ikut seleksi magang ke Jepang, hanya 52 orang yang lulus, padahal kuotanya mencapai 15 ribu. Untuk mencapai 1.000 orang saja belum bisa, bahkan 200 pun belum tembus,” tambahnya.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Disnakertrans NTB kini memperluas kerja sama tidak hanya dengan SMK, tetapi juga dengan Perguruan Tinggi, seperti Fakultas Teknik Universitas Mataram (Unram), demi meningkatkan kualitas lulusan.
“Sayang kalau lulusan sarjana hanya bekerja di dalam negeri, sementara peluang dan penghasilan di luar negeri jauh lebih besar. Kita dorong pola pikir baru, agar mereka mau menambah keahlian dan pengalaman,” tegas Nelly.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Agustus 2024, jumlah pengangguran di NTB mencapai 87,01 ribu orang. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tertinggi berdasarkan pendidikan berasal dari lulusan SMK sebesar 4,73 persen.
Diikuti oleh lulusan SMA (4,26 persen), universitas atau perguruan tinggi (3,54 persen), SMP (2,01 persen), SD ke bawah (1,67 persen), dan lulusan Diploma I/II/III (1,03 persen). Sebagai perbandingan, angka pengangguran NTB pada Agustus 2023 adalah 83 ribu orang, sementara pada Agustus 2022 sebanyak 80 ribu orang.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news detaktribe.com.