Detak Tribe – Samsung melaporkan pertumbuhan laba yang signifikan dari divisi ponselnya (Samsung Mobile) pada kuartal kedua 2025 atau periode April–Juni. Kinerja positif ini didorong oleh penjualan kuat seri flagship Galaxy S25 dan lini ponsel menengah Galaxy A-series.
Dalam laporan keuangan yang dirilis baru-baru ini, unit Mobile Experience and Networks mencatat laba operasional sebesar 3,1 triliun won atau setara Rp36,7 triliun (kurs Rp11.850). Angka tersebut meningkat dari 2,23 triliun won (sekitar Rp26,4 triliun) pada periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan konsolidasi, yang mencakup penjualan smartphone, tablet, perangkat wearable, dan jaringan, juga naik dari 27,38 triliun won (sekitar Rp324,4 triliun) menjadi 29,2 triliun won atau setara Rp346 triliun.
Samsung menyebut keberhasilan ini tak lepas dari kontribusi Galaxy S25 series, Galaxy A-series, serta penjualan tablet Galaxy. Perusahaan asal Korea Selatan tersebut menegaskan, pada paruh kedua 2025 mereka akan tetap mengedepankan strategi “flagship-first” dengan fokus pada ponsel lipat dan Galaxy S25, serta memperkuat fitur AI di Galaxy A-series demi memperluas pangsa pasar.
Awal Juli lalu, Samsung meluncurkan tiga model ponsel lipat terbaru, yaitu Galaxy Z Fold 7, Galaxy Z Flip 7, dan Galaxy Z Flip 7 FE. Langkah ini menjadi upaya mempertahankan dominasi di segmen ponsel lipat sekaligus menghadapi persaingan ketat dari produsen China yang semakin agresif di pasar global.
Data dari Canalys menunjukkan, Samsung berhasil mempertahankan posisi sebagai produsen smartphone nomor satu di dunia pada kuartal kedua 2025, dengan pangsa pasar 19 persen berdasarkan volume penjualan. Laporan Canalys juga menguatkan temuan Samsung bahwa kontribusi terbesar berasal dari pengiriman Galaxy A-series.
Namun, tidak semua lini bisnis Samsung mencatat kinerja positif. Divisi Device Solutions, yang membawahi bisnis chip memori, desain semikonduktor, dan foundry, justru mengalami penurunan laba operasi drastis hingga 93,8 persen dibanding tahun lalu.
Laba operasional divisi chip hanya mencapai 400 miliar won (sekitar Rp4,74 triliun), jauh merosot dari 6,45 triliun won (sekitar Rp76,4 triliun) pada kuartal kedua 2024. Pendapatan dari bisnis chip juga turun menjadi 27,9 triliun won (sekitar Rp330,1 triliun) dari sebelumnya 28,56 triliun won (sekitar Rp338 triliun).
Samsung menjelaskan, anjloknya kinerja chip disebabkan oleh penyesuaian nilai inventaris memori, tekanan kompetitor, serta dampak pembatasan ekspor ke China. Meski begitu, perusahaan optimistis kondisi keuangan akan membaik di sisa tahun ini, ditopang peluncuran produk-produk baru dan pemulihan pasar global.
Secara keseluruhan, Samsung Electronics membukukan pendapatan 74,6 triliun won (sekitar Rp882,9 triliun), sedikit naik dari 74,07 triliun won (sekitar Rp876,6 triliun) tahun lalu. Sementara laba bersih secara total tercatat 4,6 triliun won (sekitar Rp54,4 triliun), turun dari 10,44 triliun won (sekitar Rp123,5 triliun) pada periode yang sama tahun lalu.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news detaktribe.com.