NewsPendidikan

Hari Santri Nasional 2025, Wagub Jateng Serukan Pesantren Anti Bullying dan Kekerasan

×

Hari Santri Nasional 2025, Wagub Jateng Serukan Pesantren Anti Bullying dan Kekerasan

Sebarkan artikel ini
Hari Santri Nasional 2025, Wagub Jateng Serukan Pesantren Anti Bullying dan Kekerasan
Peringatan Hari Santri Nasional 2025 di Jawa Tengah. (Dok. Pemprov Jateng).

Detak Tribe – Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, menghadiri Sarasehan Hari Santri Nasional 2025. Dalam amanatnya, ia menegaskan pentingnya menjadikan pesantren sebagai lingkungan yang ramah bagi anak dan perempuan. Ia menyebut pesantren harus menjadi pusat pendidikan karakter yang menanamkan nilai kasih sayang, bukan kekerasan.

“Rasulullah sering mencium cucunya di depan para sahabat. Saat ada sahabat yang mengaku tidak pernah mencium anaknya, Rasulullah menjawab, ‘Barang siapa tidak menyayangi, maka Allah akan mencabut kasih sayang dari hatinya.’ Dari sini kita belajar bahwa pesantren harus menjadi pelopor pendidikan yang penuh kasih sayang dan menghormati perempuan serta anak-anak,” tutur Taj Yasin, Selasa (21/10/2025).

Acara Sarasehan Hari Santri Nasional 2025 tersebut mengusung tema “Pesantren Anti Bullying dan Kekerasan: Menuju Pesantren Aman dan Sehat.” Kegiatan tersebut berlangsung di Pondok Pesantren Roudlotuth Tholibin Bendan, Kudus.

Taj Yasin yang akrab disapa Gus Yasin itu juga mengapresiasi langkah Ketua TP PKK Jawa Tengah, Nawal Arafah Yasin, dalam mendorong program Pesantren Ramah Anak dan Ramah Perempuan. Menurutnya, beberapa pesantren di Jawa Tengah telah mendeklarasikan diri sebagai lembaga ramah anak, dan ia berharap Ponpes Roudlotuth Tholibin menjadi bagian dari gerakan tersebut.

Berdasarkan data Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Jawa Tengah, tercatat sebanyak 1.349 kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan pada 2024, serta 867 kasus hingga Juli 2025.

“Kalau dipresentasikan terhadap jumlah santri di Jawa Tengah, angkanya memang kecil, sekitar nol koma sekian persen. Tapi sekecil apa pun tetap harus jadi perhatian,” tegas Gus Yasin.

Ia menekankan bahwa pesantren bukan tempat kekerasan, melainkan lembaga pendidikan moral yang membentuk generasi berakhlak, disiplin, dan penuh kasih sayang. Menurutnya, peran guru dan pengasuh sangat penting dalam menciptakan lingkungan aman serta menjadi teladan moral bagi para santri.

“Di pesantren, guru tidak hanya mengajar lewat kitab, tapi juga memberi contoh dalam akhlak dan kehidupan sehari-hari. Ini keunggulan pesantren yang tidak dimiliki pendidikan umum,” jelasnya.

Lebih lanjut, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah disebut terus memperkuat kerja sama dengan lembaga keagamaan seperti NU dan Muhammadiyah untuk memperluas implementasi program pesantren ramah anak.

“Alhamdulillah, lewat kolaborasi antara pemerintah, lembaga keagamaan, dan masyarakat, Jawa Tengah kini menjadi rujukan nasional. Saya berharap Kudus bisa menjadi pionir yang menginspirasi daerah lain,” ujar Gus Yasin.

Acara tersebut sekaligus menjadi pembuka rangkaian kegiatan Hari Santri di Jawa Tengah, yang dilanjutkan dengan peresmian Pameran Produk Unggulan UMKM di kawasan Simpang Tujuh Kudus.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news detaktribe.com.