Detak Tribe – Di tengah padatnya rutinitas sebagai guru sekolah dasar, pengajar privat anak-anak, hingga guru ngaji di malam hari, Fadhil Alfarozi tetap konsisten untuk menulis. Bagi penulis muda asal Bekasi ini, menulis bukanlah aktivitas yang menunggu waktu luang, tetapi tentang kemauan yang terus dijaga agar tetap menyala.
Kesibukan tak pernah menjadi alasan berhenti menulis. Setiap hari ia membagi perannya, mulai dari menjadi guru, pengajar privat, guru ngaji, dan kini mulai merintis usaha kecil-kecilan. Namun, di balik semua itu, ia tetap menyempatkan diri menorehkan paragraf demi paragraf.
“Aku mindset-kan begini: tulisan kecil aku hari ini insyaAllah akan jadi buku besar esok hari,” ujarnya.
Awal Mula Menulis
Kecintaan Fadhil Alfarozi pada dunia tulis-menulis muncul sejak SMA. Ia terbiasa menyampaikan opini dan gagasan lewat tulisan sederhana. Namun, titik produktifnya baru benar-benar muncul ketika ia memasuki semester tujuh perkuliahan. Pada masa itu, kesibukan dan semangat menulis justru bertemu dalam satu fase.
“Di situlah aku ngerasain semangat-semangatnya nulis, tapi juga lagi sibuk-sibuknya,” katanya.
Menurut Fadhil, waktu luang memang membantu, tetapi bukan faktor utama. “Kalau buat aku, menulis itu bukan tentang punya waktu luang atau tidak, tapi tentang kemauan. Kemauan itu yang nomor satu,” tegasnya.
Menjaga Konsistensi dalam Jadwal Padat
Konsisten dalam menulis, baginya, bukan hal mudah. Namun, Fadhil memiliki cara tersendiri untuk menjaga ritme. Motivasi terbesarnya adalah keyakinan bahwa setiap tulisan memiliki masa depan.
“Bismillah untuk selalu konsisten apapun rintangannya. Kadang aku sempetin meskipun cuma sebentar. Aku selalu ingat bahwa tulisan kecil aku hari ini akan jadi karya besar suatu hari nanti.”
Fadhil percaya bahwa tiap penulis memiliki pemantik mood yang berbeda-beda. Baginya, kuncinya adalah mengenali diri sendiri. “Kalau mood-nya bagus, semangat nulis itu ngikut. Nanti inspirasi datang sendiri,” katanya.
Pesan dalam Buku Tumbuh Dewasa di Bumi yang Tua
Dalam bukunya, Fadhil menuliskan berbagai problematika yang sering dialami ketika memasuki fase kedewasaan. “Kadang hidup terasa sulit, rumit. Tapi kalau dijalanin dengan lapang hati, tanpa banyak mengeluh, insyaAllah semua terlewati dengan hasil yang kita harapkan,” jelasnya. Ia juga membagikan lima strategi untuk tetap produktif:
- Menentukan target kecil harian, minimal satu paragraf.
- Memanfaatkan golden time seperti pagi hari, malam hari, atau saat menunggu antrean.
- Menggunakan timer untuk fokus menulis.
- Selalu membawa notes atau alat tulis.
- Menjadi konsisten, meski hanya sedikit setiap hari.
Menang Penulis Tereksis di Detak Pustaka Award
Perjalanan panjang Fadhil dalam menjaga kemauan dan konsistensi akhirnya berbuah manis. Ia dinobatkan sebagai Penulis Tereksis dalam ajang Detak Pustaka Award, penghargaan yang mengapresiasi penulis paling aktif, produktif, dan bersuara. Penghargaan itu menjadi bukti nyata bahwa kerja keras dalam diam dapat menghasilkan sesuatu yang besar.
Dalam sambutannya, Fadhil menyampaikan rasa syukur yang mendalam. “Saya ucapkan terima kasih untuk semuanya. Detak Pustaka adalah penerbit yang MasyaAllah hebat, keren, dan mungkin dengan kata-kata saja tidak cukup untuk mengucapkan terima kasih,” ujarnya.
Penghargaan ini tidak hanya menjadi pencapaian pribadi, tetapi juga penguat baginya untuk terus menulis dan membagikan banyak hal yang ia yakini bermanfaat.
Buku Kedua: Melangitkan Doa, Membumikan Rasa
Setelah sukses dengan buku pertamanya, Fadhil kembali menyapa pembaca dengan karya kedua berjudul Melangitkan Doa, Membumikan Rasa.
Pada laman resmi penjualannya, buku ini dibuka dengan cuplikan yang begitu puitis:
“Ada masa ketika langit jadi saksi dari segala doa yang tak bersuara.
Ada waktu ketika hati belajar menerima bahwa tidak semua yang kita genggam bisa terus kita miliki.
Dan ada titik ketika pulang bukan lagi soal tempat, tapi tentang siapa yang membuat kita merasa tenang.”
Buku ini menjadi ruang baru bagi Fadhil untuk menyampaikan perjalanan batin tentang luka yang berhasil sembuh, tentang rasa, dan doa yang pada akhirnya menemukan rumahnya. Judulnya sendiri mencerminkan perjalanan batin yang bukan hanya sekadar tulisan, tetapi perjalanan bertumbuh setelah jatuh.
Dengan dua buku yang sudah terbit dan penghargaan besar yang ia raih, Fadhil membuktikan bahwa menulis bukan tentang menunggu waktu, melainkan tentang memelihara kemauan, sekecil apa pun langkahnya. Kedua buku karya Fadhil Alfarozi dapat kamu beli melalui dua tautan berikut: Buku Pertama & Buku Kedua.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news detaktribe.com.












