Inspirasi

Fiki Muchasin, dari Lomba ke Lomba hingga Menemukan Kejujuran Diri Lewat Tulisan

×

Fiki Muchasin, dari Lomba ke Lomba hingga Menemukan Kejujuran Diri Lewat Tulisan

Sebarkan artikel ini
Fiki Muchasin, dari Lomba ke Lomba hingga Menemukan Kejujuran Diri Lewat Tulisan
Fiki Muchasin. (Dok. narasumber).

Detak Tribe – Di sela kesibukan sebagai pekerja, Fiki Muchasin terus menyimpan ruang kecil di hatinya untuk menulis. Meski belum menyiapkan buku solo, ia mengaku sedang menata beberapa karya yang rencananya akan diikutsertakan dalam berbagai lomba.

“Sibuk bekerja saja dan mungkin lagi siapin karya untuk bisa ikut ikut lomba lagi. Untuk buku solo ingin banget, tapi mungkin belum saat ini,” ungkapnya.

Fiki Muchasin mulai aktif di dunia kepenulisan setelah dirinya sering mengikuti event yang diselenggarakan Halo Penulis Group sejak tahun 2024. Karya perdananya—yang hampir ia lupa karena jumlah lomba yang banyak—adalah cerita berjudul Kulabuhkan Hatiku Padamu yang diikutkan pada salah satu event Halo Penulis.

Setelah itu, Fiki pun merilis karya puisi keduanya bertajuk Hai Diri Apa Kabar?, sebuah momen tak terlupakan yang justru semakin memotivasinya untuk terus menulis.

“Dari situ langsung termotivasi untuk bisa selalu ikut event, untuk bisa mencurahkan apa yang aku pikirkan dan aku rasakan,” tuturnya.

Salah satu karya yang paling berarti bagi Fiki adalah cerita berjudul Cinta Tanpa Arah Kembali. Cerita itu mengangkat tentang cinta yang tumbuh diam-diam, berjalan begitu indah, namun tak pernah benar-benar bersatu karena kedua tokohnya berada pada fase hidup yang berbeda.

Kisahnya sarat emosi, dekat dengan realita, dan menjadi ciri khas Fiki sebagai penulis drama romansa. “Semua dari pikiran dan perasaan. Dan biasanya ceritanya semua dari kejadian nyata atau real kisahku,” ujarnya jujur.

Walaupun dikenal sebagai penulis romansa dan drama kehidupan, Fiki memiliki keinginan lain yang belum ia wujudkan, yakni mencoba menulis cerita horor. Namun, keraguan masih menghampiri. “Kadang berpikir apa bisa nulis cerita genre horor,” katanya.

Di balik proses kreatifnya, Fiki mengakui bahwa ada beberapa ketakutan yang ia rasakan sebagai penulis, salah satunya mengenai plagiat. Namun, ia memilih untuk fokus pada hal yang bisa ia kendalikan, seperti menciptakan karya dengan suara khas.

“Aku lebih fokus bikin karya yang punya suara khas biar susah ditiru,” ucapnya. Ia juga mengakui bahwa kekhawatiran terbesar lainnya adalah ketika tulisannya disalahpahami atau tidak memberi manfaat, tetapi justru itulah yang mendorongnya untuk terus berkembang.

Bagi Fiki, pelajaran terbesar dari hobi menulis adalah keberanian untuk berdamai dengan diri sendiri. Menulis membuatnya lebih jujur, lebih peka, dan lebih menghargai sudut pandang orang lain.

“Menulis juga ngajarin aku bahwa setiap orang punya cerita yang layak didengar,” katanya. Proses itu pula yang membuatnya merasa lebih lega, karena ia dapat mencurahkan apa pun yang selama ini ia simpan.

Di akhir wawancara, Fiki menyampaikan rasa terima kasihnya untuk Halo Penulis—komunitas yang telah menjadi ruang aman baginya untuk membagikan segala keluh-kesah kehidupan.

“Terima kasih karena sudah jadi ruang aman untuk semua orang yang suka bercerita,” tuturnya. Ia berharap dunia literasi ke depan dipenuhi karya yang lahir dari hati, karya yang bukan hanya dibaca, tetapi juga dirasakan pembacanya.

“Terima kasih juga sudah menjadi tempat bertumbuh aku, love banget pokoknya,” tutup Fiki.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news detaktribe.com.