Inspirasi

Bukan Sekadar Hati, Tapi Juga Mimpi: Perjalanan Hafizah Menyatukan Cinta dan Harapan

×

Bukan Sekadar Hati, Tapi Juga Mimpi: Perjalanan Hafizah Menyatukan Cinta dan Harapan

Sebarkan artikel ini
Bukan Sekadar Hati, Tapi Juga Mimpi: Perjalanan Hafizah Menyatukan Cinta dan Harapan
Hafizah dan buku karyanya Bukan Sekadar Hati, Tapi Juga Mimpi. (Dok. istimewa).

Detak Tribe – Kisah menarik datang dari penulis muda asal Palembang, Hafizah. Perempuan muda yang saat ini menetap di Bali itu menceritakan proses menulisnya hingga berhasil menerbitkan buku Bukan sekadar Hati, Tapi Juga Mimpi.

Hafizah merupakan mahasiswi Universitas Terbuka semester 2 yang harus bekerja sejak baru lulus SMA bersama kakaknya. Hal tersebut ia lakukan sejak sang ayah sakit-sakitan. Di usia muda, ia memutuskan untuk merantau ke Bali—sebuah langkah besar yang penuh risiko, namun ia jalani dengan keberanian dan keyakinan.

Yang membuatnya semakin istimewa adalah kepeduliannya terhadap isu perempuan. Hafizah memiliki semangat untuk memotivasi perempuan agar berani bermimpi dan membangun kariernya sendiri. Ia percaya bahwa setiap perempuan memiliki potensi besar untuk berdiri tegak dan menjadi versi terbaik dari dirinya.

Semangat itu kemudian ia tuangkan dalam karya tulisnya berjudul “Bukan Sekadar Hati, Tapi Juga Mimpi.” Ketika ditanya apa sumber inspirasinya, Hafizah mengaku bahwa ide itu datang dari fase hidupnya sendiri.

“Inspirasi utamanya datang dari masa di mana aku harus milih antara perasaan dan cita-cita,” ujarnya.

Buku tersebut lahir dari pengalaman pribadi, dari kegelisahan seseorang yang ingin memperjuangkan cinta tanpa harus meninggalkan mimpi. Awalnya, buku ini hanya ditulis untuk dirinya sendiri. Namun seiring waktu, ia menyadari bahwa banyak orang mengalami dilema yang sama.

“Aku pengin buku ini jadi temen buat siapa pun yang lagi berjuang dalam diam,” tuturnya.

Hafizah juga mengungkapkan bagian favoritnya dari buku tersebut. Menurutnya, bagian yang paling berkesan adalah ketika tokoh utama menyadari bahwa cinta yang sehat tidak seharusnya mengorbankan mimpi. Bagi Hafizah, bagian itu bukan hanya cerita fiksi, tetapi juga cerminan dari perjalanan hidupnya sendiri.

“Kadang kita terlalu sibuk mencintai orang lain, sampai lupa mencintai diri sendiri yang punya impian besar,” katanya.

Dalam perjalanan menulis buku, para penulis sering mendapat kendala, tak terkecuali Hafizah. Ia menuturkan bahwa sering kali dirinya mengalami writer’s block atau kesulitan melanjutkan tulisan. Untuk mengatasi hal tersebut, ia memilih untuk tidak memaksa diri.

“Aku istirahat dulu, nonton film, jalan, dengerin musik, atau baca hal-hal random. Sampai tiba-tiba satu kalimat kecil muncul di kepala, dan dari situ nulisnya ngalir lagi,” ungkapnya.

Ketika ditanya apa hal terpenting agar penulis tidak berhenti di tengah jalan, jawabannya sederhana, namun penuh makna.

“Ingat alasan awal kenapa kamu mulai nulis. Kadang kita capek bukan karena nulisnya, tetapi karena lupa tujuan awalnya. Nulis tuh harus dari hati, karena kalau dari hati, kata-kata bakal selalu nemuin jalannya sendiri.” ungkapnya.

Kisah Hafizah adalah pengingat bahwa perempuan bisa kuat, mandiri, dan tetap berpegang pada mimpi tanpa perlu mengorbankan diri sendiri. Dari Palembang hingga Bali, dari perjuangan keluarga hingga karya yang menyentuh hati—semangatnya menjadi cahaya bagi banyak perempuan lain untuk terus berjalan, mengejar, dan akhirnya meraih mimpi mereka sendiri.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news detaktribe.com.