Detak Tribe – Banyak cerita inspiratif yang lahir dari para peserta lomba Halo Penulis Group, salah satunya datang dari Ayu Pinaringan Wilujeng. Dalam wawancara bersama tim Detak Tribe, perempuan yang akrab disapa Ayu tersebut berbagi kisah inspiratif sebagai penulis yang tetap produktif di tengah kesibukan mengurus keluarga.
Ia menceritakan bagaimana perjalanan menulisnya bersama Halo Penulis Group hingga membuahkan hasil memuaskan setelah berhasil meraih peringkat 1 kategori penulis terbaik. Perjalanan menulis Ayu bersama Halo Penulis Group bukanlah hal baru. Ia mengaku sudah tiga tahun mengikuti berbagai lomba yang diadakan komunitas tersebut.
“Aku lupa awalnya dulu bagaimana kok bisa kenal. Tapi aku kalau ikut lomba menulis biasanya melihat temanya dulu, Kak. Cocok atau nggak. Ada idenya atau nggak. Kalau temanya cocok, idenya ada, gasss ikutan,” tuturnya.
Sebagai ibu rumah tangga, tentu tantangan terbesar bagi Ayu adalah waktu. Ia harus membagi perhatian antara anak-anak dan keinginannya untuk menulis.
“Karena aku IRT, tantangannya dari anak-anak. Aku menulis lewat HP. Kalau sudah selesai baru aku pindahkan ke word di laptop. Aku biasanya menulis malam hari, karena kalau siang HP-ku dipinjam anak-anak,” jelasnya.
Jika ide muncul di waktu yang tidak tepat, Ayu memilih menulisnya dulu di kertas agar tidak lupa. Proses menulis baginya juga tidak selalu berjalan mulus.
“Menulis juga nggak bisa langsung cocok. Kadang sudah dapat banyak kata, terpaksa dihapus karena feel-nya nggak ada. Ngulang dari awal lagi dengan ide yang sama, tapi alur yang sedikit diganti,” ujarnya jujur.
Ketika ditanya tentang perasaannya saat mengetahui naskahnya berhasil lolos dan menjadi yang terbaik di lomba antologi Halo Penulis Group, Ayu mengaku sempat tidak percaya.
“Dari awal ikut nggak pernah membayangkan akan jadi yang terbaik. Bisa dibukukan, mau nomor berapa pun udah seneng banget. Setidaknya namaku tercetak. Ternyata Agustus kemarin aku yang terbaik,” kenangnya.
Reaksi pertamanya cukup lucu. “Langsung kaget, Kak. Bengong. Nggak percaya. Nge-freeze. Aku close IG-nya, aku buka ulang. Ternyata bener namaku,” tambahnya.
Karya yang membuat Ayu berhasil menjadi salah satu yang terbaik berjudul “Minggu Sore”, yang dimuat dalam buku Terungkapnya Segenap Rasa. Cerita tersebut rupanya diambil dari pengalaman pribadinya saat masih sekolah.
Ia menegaskan bahwa dirinya lebih mudah menulis berdasarkan pengalaman pribadi, karena tahu rasanya. Dalam kisah itu, Ayu mengangkat tema keberanian seorang perempuan untuk mengungkapkan perasaan lebih dulu.
“Banyak yang memberi nasihat agar menahan diri, anak cewek nggak boleh mengungkapkan perasaan lebih dulu. Tapi aku bandel. Bukannya nurut, malah nekad bilang ke kakak kelas itu,” ujar Ayu.
Meski akhirnya ditolak, Ayu tidak menyesal. “Aku malu karena akhirnya ditolak, tapi bersyukur karena udah nggak penasaran lagi,” katanya.
Pesan yang ingin ia sampaikan lewat tulisannya sederhana, namun bermakna: “Tidak masalah mengungkapkan perasaan lebih dulu walaupun kamu seorang perempuan. Asalkan tahu konsekuensinya. Bisa lapang dada kalau hasilnya tidak sesuai harapan kita.”
Menutup perbincangan, Ayu memberikan pesan semangat untuk para penulis lainnya. “Semangat nulisnya. Yang baru ingin mulai menulis, tapi takut salah, nggak usah takut. Tulis apa aja yang pengen ditulis. Tentang perasaan, tentang apa yang ditemui di jalan. Nanti sambil menulis, sambil belajar tentang teknik menulis pelan-pelan,” ujarnya penuh motivasi.
Dari cerita Ayu yang berhasil meraih juara di event Halo Penulis Group tersebut, ia berhasil membuktikan bahwa kesibukan tak menghalangi tekad menulisnya. Bahkan, ia bisa menemukan inspirasi dari berbagai penjuru. Sebagai penutup, Ayu tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Halo Penulis Group.
“Terima kasih juga sudah membuat event keren-keren seperti ini. Semoga tim Detak Pustaka dan Halo Penulis Group makin sukses. Aamiin,” tutupnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news detaktribe.com.