Detak Tribe – Ada sebagian orang yang tetap tampak bugar dan semangat meskipun kurang tidur. Padahal, mayoritas ahli kesehatan menyarankan tidur 7–9 jam untuk menjaga fungsi tubuh tetap optimal.
Apakah ada faktor tersembunyi di balik kondisi ini?
Penelitian yang dipublikasikan oleh University of California, San Francisco (UCSF) menemukan bahwa kondisi ini bisa saja berkaitan dengan mutasi genetik langka, khususnya pada gen ADRB1.
Temuan ini dipaparkan oleh tim ilmuwan di bawah pimpinan Dr. Ying-Hui Fu. Mereka mengidentifikasi bahwa individu dengan mutasi pada gen tersebut mengalami siklus tidur yang lebih pendek, namun tetap terbangun dalam kondisi prima.
Gen ADRB1 ini mengatur aktivitas neuron di otak yang mempengaruhi kewaspadaan dan kebutuhan tidur. Peneliti juga melakukan uji coba pada tikus yang direkayasa secara genetik.
Hasilnya, tikus dengan mutasi gen ini tidur hampir satu jam lebih sedikit dibandingkan tikus normal, tanpa penurunan fungsi kognitif.
Fenomena ini disebut sebagai natural short sleep. Orang yang mengalaminya bisa tetap produktif meskipun mengalami kurang tidur secara kuantitas.
Namun penting untuk diingat, kondisi ini langka. Hanya sekitar 1–3% populasi dunia yang diyakini memiliki mutasi genetik seperti ini.
Bagi mayoritas orang, kurang tidur justru meningkatkan risiko berbagai penyakit. Mulai dari obesitas, tekanan darah tinggi, diabetes, hingga gangguan mental.
Menurut National Institutes of Health (NIH), tidur yang cukup tetap merupakan bagian penting dari gaya hidup sehat. Terlalu sering kurang tidur bisa menyebabkan tubuh kehilangan kemampuan untuk pulih dan memperbaiki sel-sel yang rusak.
Jadi, jika kamu merasa tetap energik walau tidur sebentar, bisa jadi ada faktor genetik yang berperan. Namun, jangan jadikan itu alasan untuk mengabaikan pentingnya tidur.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news detaktribe.com.
