BisnisPolitik

Iran Diserbu Israel, Harga Minyak Dunia per Barel Diperkirakan Mencapai 120 US Dollar

×

Iran Diserbu Israel, Harga Minyak Dunia per Barel Diperkirakan Mencapai 120 US Dollar

Sebarkan artikel ini
Iran Diserbu Israel, Harga Minyak Dunia per Barel Diperkirakan Mencapai 120 US Dollar
Ilustrasi, Offshore Drilling Rig on Body of Water, yakni rig pengeboran untuk eksplorasi serta melakukan pengekstrakan terhadap minyak maupun gas bumi di perairan. (pexels.com/Zukiman Mohamad)

Detak Tribe – Tekanan geopolitik yang terjadi di kawasan Timur Tengah menyebabkan pasar energi global terguncang.

Konflik antar pihak Iran dengan Israel turut berdampak terhadap harga minyak dunia yang dilaporkan bergejolak.

Para analis pun menyebut bila konflik ini kian menyebar, maka harga minyak mentah dunia per barelnya pun diperkirakan mencapai USD 120 atau setara dengan Rp 1.957.542 (dengan kurs Rp 16.312).

Harga minyak mentah Amerika Serikat pada hari Kamis (12/6) kemarin, dilaporkan hanya turun sedikit.

Jumlahnya sebesar 0,16 persen atau setara dengan 11 sen. Penurunan tersebut membuat harga minyak mentah Amerika Serikat per barelnya menjadi USD 68,04.

Lebih lanjut, berdasar pada acuan global Brent, harga minyak mentah per barelnya dilaporkan turun menjadi USD 69,36. Jumlah tersebut setara dengan penurunan sebanyak 41 sen atau sebesar 0,59 persen.

Sementara itu, pada hari Rabu (11/6) lalu, harga minyak dilaporkan meningkat dan jumlahnya melebihi empat persen.

Kenaikan ini tak lepas dari faktor kecemasan terhadap gangguan pasokan yang diterima dari wilayah Teluk.

Dilansir dari CNBC (12/6), Natasha Kaneva selaku Kepala Penelitian di Komoditas JP Morgan, menjelaskan bahwa harga minyak mentah dapat melambung tinggi, terutama bila Iran menanggapi serangan pihak Israel dengan cara memerintahkan Selat Hormuz ditutup.

Kaneva pun menambahkan bahwa kondisi terkini menunjukkan selat strategis tersebut dilewati kurang lebih sebanyak 30 persen negara yang melakukan perdagangan minyak global.

Meski demikian, Kaneva menerangkan bahwa Selat Hormuz tak pernah ditutup sepenuhnya.

Hal ini berbanding terbalik dengan rentetan peristiwa serta konflik yang terjadi selama ini dan sebenarnya dengan jelas menunjukkan bahwa wilayah tersebut terancam. Dengan pola tersebut, minyak mentah pun diperkirakan dapat terus tersalurkan.

Arne Rasmussen selaku Analis Global Risk Management, pun menyebut pasar energi global akan mengalami mimpi buruk absolut bila Selat Hormuz ditutup secara total.

Situasi saat ini dengan jelas menunjukkan bahwa pasokan energi global begitu rentan terhadap dinamika politik yang terjadi di wilayah Timur Tengah.

Hal ini semakin diperparah dengan perundingan nuklir yang dilakukan oleh Iran dengan Amerika Serikat.

Hingga kini, perundingan tersebut masih alot dan akhirnya belum memberikan kemajuan secara signifikan.

Para pelaku pasar maupun konsumen energi di seluruh penjuru dunia pun diperingatkan untuk terus siaga terhadap situasi terkini.

Bila Selat Hormuz ditutup, maka harga minyak global pun akan meningkat dan berakhir dengan situasi pertumbuhan ekonomi dunia yang tertekan.

Bila hal tersebut terjadi, maka Indonesia pun tak lepas dari tekanan serupa.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news detaktribe.com.