Detak Tribe – Kematian memiliki makna yang istimewa dalam agama Kristen, baik Katolik maupun Protestan. Peristiwa penyaliban Yesus di Bukit Kalvari telah diimani oleh umat Kristen sebagai puncak dari cinta kasih Tuhan kepada manusia melalui penebusan.
Yesus pun bangkit dari kematian tiga hari setelah wafat di kayu salib. Inilah yang kemudian dirayakan sebagai Paskah, yakni ketika Yesus menang atas maut dan menjadi dasar dalam iman umat Kristen.
Dalam liturgi Gereja, puncak iman umat sejatinya saat perayaan Paskah, bukan pada saat Natal, yakni kelahiran Yesus Kristus yang umumnya dirayakan dengan lebih meriah dan semarak oleh umat.
Perayaan Paskah baru saja dijalani oleh umat Kristen yang berada di seluruh penjuru dunia. Perayaan ini dimulai pada Minggu Palma yang jatuh pada 13 April 2025, lalu Kamis Putih pada 17 April 2025, dilanjutkan dengan Jumat Agung yang diperingati pada 18 April 2025, kemudian Sabtu Suci pada 19 April 2025, dan diakhiri dengan Perayaan Minggu Paskah pada 20 April 2025.
Perpisahan dan Pesan Terakhir Paus Fransiskus untuk Dunia
Wafatnya Paus Fransiskus sehari setelah perayaan Paskah seperti bukan kebetulan. Dalam arti tertentu, dirinya seperti menjalankan tugas terakhir untuk hadir di tengah umatnya sembari berpamitan dan mengucapkan salam perpisahan bagi kita.
Saat perayaan Paskah di Lapangan Santo Petrus yang dihadiri sekitar 35.000 umat pada hari Minggu (20/4/2025) lalu, Paus Fransiskus menyampaikan pesan terakhirnya tentang perdamaian. Dalam pidato yang dibacakan oleh ajudannya, Paus Fransiskus menulis bahwa perdamaian takkan terwujud tanpa kebebasan dalam beragama, berpikir, serta berekspresi.
Dalam homili terakhirnya, Paus Fransiskus tak henti-hentinya mengenang penduduk Gaza. Dirinya menyebut bahwa konflik tersebut menyebabkan kematian dan kehancuran serta menciptakan kondisi kemanusiaan yang menyedihkan.
Paus Fransiskus juga menyoroti antisemitisme global yang semakin meningkat sebagai hal yang mengkhawatirkan. Dirinya menyebut bahwa gencatan senjata, pembebasan terhadap para sandera, serta bantuan kepada orang-orang yang menginginkan masa depan yang damai harus terus diupayakan dan diwujudkan.
Paus Fransiskus juga mendorong seluruh pihak yang terlibat di dalam perang Ukraina untuk melakukan upaya yang bertujuan mencapai perdamaian yang adil serta abadi bagi kepentingan rakyatnya.
Pemakaman Paus Fransiskus
Berita duka wafatnya Paus Fransiskus diumumkan oleh Kardinal Kevin Farrel. Paus Fransiskus berpulang dalam usia yang sepuh, yakni 88 tahun.
Dirinya meninggal pada hari Senin (21/4/2025) pukul 07.35 pagi waktu setempat atau sore WIB di kediamannya di Casa Santa Maria yang terletak di Vatikan.
Berpulangnya Paus Fransiskus dalam suasana Paskah adalah kematian yang dirinya inginkan. Kepulangan Paus Fransiskus menjadi cerminan iman terhadap Yesus Kristus yang bangkit dari maut dan menang.
Paus Fransiskus juga telah membicarakan kematiannya dan hal ini tercantum dalam “Hope” yang merupakan autobiografi dirinya dan terbit awal tahun ini, yakni pada 14 Januari 2025 lalu.
Dirinya menyebut menginginkan pemakaman layaknya umat Katolik biasa, yakni dengan sederhana dan penuh martabat. Dengan demikian, dirinya pun melakukan revisi terhadap tata liturgi upacara pemakaman Paus.
Lebih lanjut, dirinya turut menegaskan pentingnya melakukan pemakaman Paus yang hadir dan menunjukkan diri sebagai seorang gembala dan murid Yesus Kristus, bukan sebagai seorang penguasa.
Perubahan penting yang terdapat dalam prosesi pemakaman itu adalah cara jenazah Paus yang diletakkan untuk penghormatan secara publik, sebelum upacara pemakaman berlangsung, di Basilika Santo Petrus.
Dalam tata liturgi upacara pemakaman yang telah direvisi, jenazah Paus langsung ditempatkan di dalam peti mati yang akan terus terbuka sampai dengan malam sebelum proses pemakaman berlangsung. Sebelumnya, jenazah Paus ditempatkan di atas catafalque, yakni panggung khusus yang ditinggikan.
Jenazah Paus dalam tradisi sebelumnya juga ditempatkan di dalam peti berlapis yang terdiri dari peti kayu cemara, lalu dimasukkan ke dalam peti timah, dan ditutup dengan peti kayu oak. Tradisi itu kini berganti dengan hanya ditempatkan dalam peti kayu dengan lapisan seng.
Paus Fransiskus juga menjadi Paus pertama selama lebih dari 100 tahun yang dimakamkan di luar Vatikan. Dirinya memilih untuk disemayamkan di Basilika St Mary Major yang berada di Roma, Italia.
Paus ke-266 dalam Gereja Katolik Roma ini juga menyampaikan keinginannya untuk disemayamkan dekat Regina della Pace atau Ratu Damai yang selama ini telah menjadi tempatnya untuk mencari perlindungan. Gereja bersejarah ini diketahui memiliki tempat istimewa di hati Paus Fransiskus.
Sejak hari pertama ditetapkan menjadi pemimpin tertinggi umat Katolik, dia segera bergegas ke Basilika St Mary Major untuk berdoa di hadapan Pelindung Umat Roma (Salus Populi Romani).
Dirinya juga kerap datang dan berdoa di tempat tersebut saat sebelum maupun sesudah melakukan berbagai kunjungan pentingnya di luar negeri.
Selain didekasikan untuk Bunda Maria, Basilika St Mary Major juga memiliki keistimewaan lain, yakni sebagai tempat bersemayamnya relikui palungan yang merupakan simbol otentik dari kesederhanaan Yesus Kristus yang menjadi manusia dan lahir di palungan yang merupakan kandang domba.
Kehadiran Penting Paus Fransiskus di Indonesia
Dalam kunjungan apostoliknya ke Indonesia pada 3 hingga 6 Septermber 2024 lalu, masyarakat segera menyaksikan kesederhanaan Paus Fransiskus yang benderang. Masih segar dalam ingatan bahwa kehadiran Paus Fransiskus di Indonesia menyentuh masyarakat secara luas.
Dimulai dengan keberangkatannya dengan pesawat komersial dan dilanjutkan dengan kendaraan Toyota Innova Zenix yang digunakan selama di Jakarta.
Lalu posisi duduk yang tepat di samping pengemudi, serta kendaraan yang bergerak pelan agar dapat menyapa masyarakat yang berada di sepanjang jalan menuju penginapannya di kedutaan besar Vatikan di Indonesia, bukan hotel maupun istana negara.
Kedatangan Paus Fransiskus di tengah situasi Indonesia yang carut-marut memberi harapan melalui ucapan, senyum ramah, pelukan hangat, dan tindakan nyatanya. Selama kurang lebih hampir empat hari berada di Indonesia, Paus Fransiskus juga tak henti membahas kaum yang terpinggirkan, ketimpangan sosial, serta pemicu konflik.
Ajakan Paus Fransiskus agar kita berefleksi tercermin dari pidatonya di Istana Kepresidenan Jakarta dengan mengutip perkataan Santo Yohanes Paulus II saat berkunjung ke Indonesia tahun 1989 silam.
Melalui kutipan tersebut, Paus Fransiskus mengajak kita bertanya dengan jujur kepada diri sendiri apakah pengakuan terhadap keanekaragaman, menghargai hak-hak yang dimiliki manusia, mendorong persatuan nasional, serta tercapainya masyarakat yang adil dan damai telah berhasil Indonesia wujudkan.
Komitmennya untuk terus hidup dalam kesederhanaan merupakan bagian dari dirinya sebagai pengikut Kristus serta keberpihakannya kepada kaum yang paling miskin dan terpinggirkan.
Hal ini juga tercermin dengan terang benderang melalui kunjungannya ke Indonesia dengan mengenakan sepatu yang kulitnya telah terkelupas sampai dengan jam tangan Casio senilai Rp 124.000 yang melingkar di pergelangan tangannya.
Terima kasih atas doa dan kehadiranmu di Indonesia. Kini, biarkan kami yang berdoa untukmu. Selamat jalan Bapa Fransiskus, beristirahatlah dalam damai. Selamat mengikuti perjamuan kudus di surga.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news detaktribe.com.