Detak Tribe – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sudah mulai dilaksanakan sejak kemarin, Senin (6/1/2024). Program ini dilaksanakan di 190 titik yang tersebar di 26 provinsi.
Sasaran penerima program MBG adalah balita, santi, siswa PAUD sampai dengan SMA, serta ibu yang hamil dan menyusui.
Setiap siswa sekolah mendapatkan makanan berupa nasi, lauk, sayur, buah, serta susu. Setiap menu yang disajikan di setiap sekolah juga berbeda-beda.
Adita Irawati, juru bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan, menjelaskan bahwa jumlah penerima program Makan Bergizi Gratis akan bertambah secara bertahap. Penerima manfaat akan bertambah kurang lebih sebanyak tiga juta pada triwulan pertama tahun 2025.
Selain itu, jumlah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPGG) atau dapur MBG yang saat ini berjumlah 190 unit di 26 provinsi, rencananya juga akan bertambah sampai dengan 1.000 unit.
Sementara itu, Zulfikli Hasan atau Zulhas Menteri Koordinator Bidang Pangan menyatakan bahwa anggaran program Makan Bergizi Gratis (MBG) sampai bulan Juni 2025 sebesar Rp 71 triliun.
Jumlah anggaran tersebut dinilai akan tembus lebih dari Rp 420 triliun untuk memenuhi kebutuhan bahan baku. Zulhas juga menyebut bahwa swasembada pangan dapat menekan jumlah anggaran tersebut.
Di lain sisi, Adita Irawati menyebut evaluasi hari pertama berlangsungnya program MBG adalah pemilihan bahan pangan, kemudian pemilihan dan pemenuhan menu makan bergizi, serta jam pengantaran makanan.
Selain itu, Abdul Mu’ti Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) menjelaskan bahwa berlangsungnya program MBG tak hanya fokus kepada peningkatan kekuatan fisik dari para siswa, namun sebagai bagian dari pendidikan karakter.
Pendidikan karakter yang dimaksud adalah berdoa sebelum dan sesudah menyantap makanan, serta belajar tentang tata krama dalam menikmati makanan. Sehingga tidak ada makanan yang terbuang dengan sia-sia.
Sementara itu, sejumlah video yang beredar di media menunjukkan bahwa terdapat siswa yang tak menghabiskan makanan yang dibagikan dalam program MBG. Alasannya karena tak menyukai rasa dari masakan tersebut.
Peristiwa ini membuat masyarakat menilai bahwa program MBG dapat berakhir menjadi food waste, yakni menumpuk dan terbuangnya makanan yang masih layak konsumsi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Sisa-sisa makanan tersebut menghasilkan gas karbondioksida dan metana yang tak sehat bagi bumi serta berpotensi besar merusak lapisan ozon. Dampak lain dari food waste adalah krisis pangan.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news detaktribe.com.