Budaya

Tanjidor: Kesenian Tradisional Betawi dengan Jejak Budaya Eropa

×

Tanjidor: Kesenian Tradisional Betawi dengan Jejak Budaya Eropa

Sebarkan artikel ini
Tanjidor: Kesenian Tradisional Betawi dengan Jejak Budaya Eropa
Ilustrasi Tanjidor. Sumber: Flickr.com

Detak Tribe – Tanjidor, sebuah seni tradisional yang khas dari Betawi, telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan identitas masyarakat Betawi di Indonesia. Sering kali ditampilkan dalam berbagai pertunjukkan dan perayaan budaya, tanjidor memberikan nuansa meriah dengan permainan musik berkelompok yang enerjik.

Dalam setiap penampilannya, tanjidor menghadirkan aneka ragam alat musik seperti bedug (bass drum), tambur, simbal, klarinet, trombone, tenor, dan saksofon. Meskipun alat-alat musik ini tidak berasal dari Indonesia, namun kini telah menjadi bagian integral dari tradisi musik tanjidor.

Sejarah tanjidor memiliki beragam versi. Salah satunya menyebutkan bahwa kesenian ini diadaptasi dari seni Belanda, sementara yang lain percaya bahwa tanjidor berasal dari Portugis. Menurut studi yang dilakukan oleh Royhan El Fikri pada tahun 2017, tanjidor mulai diperkenalkan oleh Portugis di abad ke-14 hingga abad ke-16, dan kemudian semakin eksis di kalangan masyarakat Betawi sekitar Batavia.

Di masa penjajahan Belanda, tanjidor digunakan sebagai hiburan dalam berbagai acara militer dan keagamaan. Versi sejarah yang mengaitkan tanjidor dengan Belanda menyebutkan bahwa kesenian ini dibawa oleh keturunan Belanda yang tinggal di Indonesia. Tokoh seperti Mayor Jantje, yang memiliki kelompok musik bernama Het Muziek Corps der Papangers, membentuk kelompok musik dari budak-budak pribumi yang kemudian mahir dalam memainkan alat musik khas Eropa.

Setelah kebijakan penghapusan budak pada tahun 1860, para pekerja Mayor Jantje yang merdeka kemudian membentuk perkumpulan musik tanjidor. Meskipun tetap mempertahankan gaya bermusik khas Belanda, namun tanjidor dibawakan dengan logat Betawi yang khas.

Asal usul kata ‘tanjidor’ pun memiliki interpretasi yang berbeda-beda. Menurut sejarah versi Portugis, kata ‘tanjidor’ berasal dari istilah Portugis ‘tangedor’, sedangkan menurut versi Belanda, kata ‘tanjidor’ berasal dari kata ‘tanji’ yang merujuk pada alat musik drum atau beduk, dan ‘dor’ yang merujuk pada bunyi alat musik tersebut ketika ditabuh.

Seiring berjalannya waktu, tanjidor tetap mempertahankan keunikan dan keasliannya sebagai bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Betawi. Dengan perpaduan antara unsur budaya Eropa dan lokal, tanjidor terus menghibur dan memperkaya khazanah seni musik Indonesia.