Detak Tribe – Amerika Serikat (AS) dikabarkan menolak resolusi PBB. Peristiwa ini terjadi saat pemungutan suara mengenai rancangan resolusi yang diajukan oleh Ukraina bersama dengan negara-negara Eropa pada hari Senin (24/2/2025).
Rancangan resolusi ini menekankan kembali dukungan terhadap integritas wilayah di Ukraina dan menuntut pihak Rusia untuk menarik seluruh pasukannya secepat mungkin dan tanpa syarat.
AS akhirnya memilih untuk berpihak kepada Rusia. Hasil pemungutan suara tersebut menandai perubahan signifikan sehubungan dengan kebijakan AS terhadap perang antar Rusia dan Ukraina di bawah kepemipinan Presiden AS ke-47 Donald Trump.
Perubahan mendadak ini pun dapat menimbulkan perpecahan antara pihak AS dan Ukraina. Terlebih AS dan Rusia sebelumnya telah bersekutu dalam pemungutan suara di Majelis Umum yang berlangsung pada pagi hari dan dilanjutkan dengan kembali bersekutu di Dewan Keamanan PBB pada sore hari.
Dilansir dari AFP, Selasa (25/2/2025), resolusi yang diajukan oleh Ukraina dan didukung oleh Eropa memperoleh 93 suara yang mendukung, kemudian 18 suara yang menentang, serta 65 yang abstain dalam pemungutan suara di Majelis Umum PBB.
Selain AS, keputusan untuk menentang resolusi tersebut juga diambil oleh sekutu Rusia, yakni Korea Utara, Belarus, dan Sudan.
Saat ini, resolusi tersebut dikabarkan mendapatkan dukungan lebih sedikit bila dibandingkan dengan resolusi sebelumnya terkait perang antar Rusia dan Ukraina serta fokus pada integritas teritorial di Ukraina.
Keputusan AS menimbulkan kekhawatiran besar di antara sekutu Ukraina. Hal ini karena AS selalu mendukung resolusi serupa selama dua peringatan tahunan sebelumnya.
Perubahan sikap AS ini merupakan strategi pemerintahan Trump yang ingin mengakhiri perang dengan cepat lewat negosiasi langsung dengan pihak Rusia. Hal ini juga nampak dari tim yang dikirimkan Trump untuk berunding dengan pihak Rusia di Arab Saudi pada minggu ini.
Proses berunding tersebut dilakukan tanpa melibatkan pihak Ukraina. Keputusan ini semakin memperburuk hubungan Washington dengan Kyiv. Hal ini mulai terlihat usai Zelensky menolak kesepakatan perdagangan mineral yang memberikan AS hak sebesar 50 persen terhadap kepemilikan sumber daya Ukraina.
Keputusan AS untuk mendukung Rusia telah menimbulkan guncangan besar karena Ukraina telah mengandalkan dukungan dari Washington sejak perang pada 24 Februari 2022 lalu.
Bantuan sebesar puluhan miliar dolar dari AS membuat Ukraina berhasil menahan invasi Rusia yang saat ini telah mengambil sekitar 20 persen wilayahnya. Tanpa dukungan AS, posisi Ukraina pun kian rentan.
Sementara itu, keuntungan diplomatik diperoleh Rusia usai AS memutuskan tak lagi mendukung resolusi PBB. Terutama karena selama ini Rusia kerap menghadapi tekanan di panggung internasional karena invasi ke Ukraina.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news detaktribe.com.