Detak Tribe – DeepSeek merupakan aplikasi chatbot AI yang tengah ramai diperbincangkan. Aplikasi tersebut dikabarkan sedang mengalami cyberattack atau serangan siber yang terjadi secara tiba-tiba pada Senin (27/1/2025) kemarin.
Deepseek sendiri merupakan layanan AI yang dimiliki High-Flyer, perusahaan asal Tiongkok. Layanan AI yang baru saja dirilis seminggu terakhir ini populer lantaran disebut sanggup bersaing dengan chatbot ChatGPT milik Open AI.
Klaim tersebut bukan tanpa sebab, hal ini lantaran DeepSeek menjadi aplikasi teratas di Apple App Store 111 negara, termasuk Amerika Serikat di dalamnya. Kepopuleran DeepSeek dalam waktu singkat mampu menggeser posisi ChatGPT.
Tak berselang lama dari situasi tersebut, DeepSeek dikabarkan mengalami serangan siber. Hal ini berdampak pada pembatasan registrasi atau pendaftaran pengguna baru layanan tersebut.
Di halaman status DeepSeek menyebutkan bahwa mereka tengah menyelidiki persoalan ini pada Senin malam waktu Beijing. Kurang lebih dua jam setelah penyelidikan dilakukan, DeepSeek menyebut telah menjadi korban serangan jahat dengan skala yang besar.
Meski tak menjelaskan lebih lanjut terkait serangan siber yang dialami, hasil pemantauan menunjukkan bahwa DeepSeek kemungkinan menghadapi serangan distributed denial-of-service atau DDoS, yakni penolakan layanan terdistribusi terhadap API serta platrofm Web Chat.
Serangan DDoS terjadi saat sejumlah besar lalu lintas dikirim ke URL atau alamat IP tertentu dan menghabiskan sumber daya yang ada di perangkat. Bila hal tersebut terjadi, maka layanan tak dapat berfungsi sampai serangan DDoS dihentikan.
Meski DeepSeek membatasi registrasi, pengguna yang telah mendaftar tetap dapat menggunakan layanan tersebut seperti biasa. Serangan siber yang dialami DeepSeek disebut menjadi pemadaman aplikasi terpanjang.
Sementara itu, kemunculan DeepSeek tak hanya berpengaruh pada ChatGPT, melainkan juga kepada saham-saham di bursa Amerika Serikat. Beberapa saham di bursa Amerika Serikat dikabarkan mengalami penurunan yang tajam pada hari Senin (27/1/2025) kemarin karena kemunculan DeepSeek.
Pembuat chip Nvidia dikabarkan kehilangan nilai pasar dengan jumlah hampir mencapai USD 600 miliar. Hal ini dikarenakan DeepSeek merilis R1, yakni model penalaran yang bersaing dengan OpenAI o1.
R1 diketahui bersifat open-souce yang berarti para pengembang AI dapat menggunakannya. DeepSeek menyebut bahwa mereka menghabiskan USD 5,6 juta untuk mendukung model dasar AI mereka.
Jumlah tersebut jauh lebih murah, bila dibandingkan dengan biaya ratusan juta bahkan sampai miliaran dolar yang selama ini telah dikeluarkan perusahaan Amerika Serikat, dalam melakukan pengembangan teknologi AI.
Keberhasilan DeepSeek dalam melakukan pengembangan ini turut menjadi bukti bahwa teknologi AI dapat tercipta dengan biaya yang lebih rendah. Selain itu, DeepSeek dengan biaya yang relatif lebih rendah dan murah juga berpotensi besar dalam mengubah dunia kecerdasan buatan.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news detaktribe.com.