Inspirasi

Fharas Putra dan Eksistensi dalam Buku Bagaimana Jika Aku Mati Saat Ini?

×

Fharas Putra dan Eksistensi dalam Buku Bagaimana Jika Aku Mati Saat Ini?

Sebarkan artikel ini
Fharas Putra dan Eksistensi dalam Buku Bagaimana Jika Aku Mati Saat Ini
Fharas Putra dan Buku Bagaimana Jika Aku Mati Saat Ini? (Dok. Detak Pustaka).

Detak Tribe – Sebuah buku dapat tercipta lewat berbagai inspirasi yang datang tanpa diduga, termasuk buku karya Fharas Putra yang berjudul Bagaimana Jika Aku Mati Saat Ini? Buku ini tercipta ketika sang penulis melihat maraknya berita tentang kasus bunuh diri. Karya ini bukan sekadar kumpulan puisi reflektif, melainkan perjalanan batin tentang makna hidup, perjuangan, dan penerimaan diri.

“Awalnya aku hanya ingin memahami, kenapa seseorang bisa memutuskan untuk mengakhiri hidupnya,” ungkap Fharas dalam podcast Detak Pustaka. Dari hal tersebut, ia memutuskan menulis buku agar bisa mengajak pembaca menerima segala emosi dengan lapang dada, karena itu adalah bagian dari kehidupan.

Bagi Fharas, eksistensialisme bukan panduan untuk menemukan makna hidup, melainkan cara untuk melihat realitas kehidupan sebagaimana adanya. “Sejak lahir, kita tidak membawa makna bawaan. Makna itu dibentuk dari pengalaman dan konstruksi sosial,” ujarnya.

Lewat buku Bagaimana Jika Aku Mati Saat Ini?, ia ingin menunjukkan bahwa hidup memang absurd, namun di sanalah manusia belajar menerima dan memahami dirinya. Penulis lulusan filsafat tersebut ingin mengajak pembaca untuk tidak melarikan diri dari perasaan negatif.

“Sakit hati, kecewa, atau sedih adalah bagian alami dari kehidupan. Justru dari penerimaan itu kita bisa memahami diri sendiri,” katanya.

Menulis, baginya, adalah wujud kejujuran. “Tulisan-tulisanku lahir dari keresahan dan emosi yang jujur,” jelasnya. Ia menolak menulis hanya demi tren pasar, karena baginya keautentikan karya lahir dari keberanian melihat realitas dengan mata dan hati terbuka.

Ia juga tak lupa berpesan kepada penulis muda yang ingin menelusuri tema eksistensialisme. Fharas memberi beberapa saran sederhana, yakni mulai dari diri sendiri, membaca karya-karya pemikir eksistensialis, menulis dengan jujur, dan tidak takut mempertanyakan makna dari setiap hal.

“Menulis bukan untuk memberi tahu, tapi untuk menemani,” ujarnya.

Saat ini, Fharas tengah menyiapkan buku ketiganya—sebuah novel yang masih mengusung tema eksistensialisme, kali ini tentang bagaimana manusia membangun makna melalui hubungan dengan sesama. Sebuah refleksi bahwa dalam waktu yang singkat, manusia tetap bisa menjadi bermakna untuk manusia lainnya.

Apabila kamu sedang dalam masa kesepian, menghadapi kerasnya kehidupan, dan proses penerimaan diri, buku karya Fharas Putra ini bisa menjadi teman terbaik kala sepi menghampiri. Kamu bisa langsung memesannya di toko resmi Detak Pustaka atau dari tautan ini: Buku Karya Fharas Putra.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news detaktribe.com.