Detak Tribe – Halo Penulis Group (HPG) kembali menunjukkan komitmennya sebagai rumah bagi tiap penulis di Indonesia. Salah satu penulis yang terbantu akan kehadiran HPG adalah Dyah Ayu Sayekti. Sebagai seorang pustakawan sekaligus kepala perpustakaan di MTsN 6 Tulungagung, Dyah berkontribusi secara nyata di dunia literasi.
Ia tak hanya aktif bekerja dan menjadi ibu rumah tangga, tetapi juga tetap meluangkan waktu untuk menulis di tengah kesibukan yang padat. “Ketika ada waktu luang tetap aktif menulis,” ungkapnya.
Berada di lingkungan perpustakaan membuat Dyah semakin dekat dengan kegiatan literasi. Ia terlibat aktif dalam komunitas menulis madrasah dan kerap membimbing siswa untuk mengasah kemampuan menulis, termasuk melalui kegiatan menulis quotes.
“Karena saya banyak di perpustakaan maka fokus kegiatan literasi, seperti kepenulisan,” katanya.
Sebagai salah satu penulis Halo Penulis Grup, Dyah juga pernah mengikuti lomba antologi quotes. Ia mengaku proses menulis tidak lepas dari tantangan, terutama dalam membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga.
“Di rumah masih ada keluarga dan anak yang harus diperhatikan dan diurus. Apalagi realnya baru dekat deadline pengiriman, bisa mengerjakan, dan diikutkan event. Kalau sudah finish lega rasanya menulis,” tuturnya.
Terkait tantangan monoton dalam tulisan, Dyah memiliki cara tersendiri untuk menjaga keaslian karyanya. Ia lebih memilih menulis berdasarkan pemikiran sendiri tanpa mencari referensi dari karya lain.
“Tidak mencari referensi kata-kata sehingga menghasilkan tulisan yang sangat berbeda dengan milik orang lain,” ujarnya.
Proses kreatifnya pun berjalan alami. Ide kerap muncul ketika melihat tema menarik dari sebuah event. Menurutnya, banyak ide yang sebenarnya telah menumpuk, namun baru tersalurkan ketika menemukan ruang untuk menulis.
“Ketika saya menemukan tema dalam satu event seketika muncul ide yang menarik,” jelasnya.
Dyah tidak hanya menulis quotes. Ia juga aktif menulis surat dan puisi, bahkan cerpen dengan tema bebas. Dari sekian banyak karya, ada satu tulisan yang sangat berkesan baginya, yakni sebuah surat untuk ayah. Dyah mengaku, menulis karya tersebut hingga berlinang air mata.
“Seperti orang curhat sambil nangis, dan hasilnya ternyata masuk 10 terbaik di urutan kedua. Gak nyangka banget,” kenangnya.
Sebagai pustakawan yang setiap hari bersentuhan dengan dunia literasi, Dyah Ayu Sayekti memiliki harapan besar bagi perkembangan literasi di Indonesia. Ia berharap, gerakan literasi semakin maju dan dapat menjadi ruang bagi bakat generasi muda.
“Di era semakin derasnya arus informasi, semoga tidak menghayutkan bakat-bakat generasi muda Indonesia. Semangat dan salam literasi,” tutupnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news detaktribe.com.












