Detak Tribe – ChatGPT menciptakan fitur modifikasi gambar yang mampu menjadikan gambar memiliki gaya khas Studio Ghibli, studio animasi Jepang yang karyanya telah dikenal dunia secara luas.
Beberapa karya populer Studio Ghibli adalah Spirited Away (2001), My Neighbor Totoro (1988), Kiki’s Delivery Service (1989), Howl’s Moving Castle (2004), hingga Grave of the Fireflies (1988).
Fitur GPT-40 ini pun menghadirkan tren “Ghiblifikasi” dan menggemparkan dunia digital. Pengguna media sosial pun terlihat antusias dengan membagikan hasil fitur ini dengan mengunggah berbagai foto. Mulai dari foto pribadi, hewan peliharaan, sampai dengan pemandangan.
Meski demikian, kepopuleran fitur ini pun tak lepas dari kontroversi. Terutama pada potensi pelanggaran hak cipta serta dampaktnya terhadap para seniman.
Sam Altman, CEO OpenAI yang mengembangkan ChatGPT pun mengganti foto profil media sosialnya menjadi gambar dengan gaya khas Studio Ghibli. OpenAI menyebut bahwa fitur baru tersebut mengambil pendekatan konservatif untuk meniru estetika dari seniman.
Perbincangan ini pun membawa kita kilas balik pada pernyataan yang pernah dikeluarkan oleh Hayao Miyazaki, salah satu pendiri Studio Ghibli, terkait penggunaan AI ke dalam animasi.
Dalam rekaman dokumenter NHK Special: The Never-Ending Man Hayao Miyazaki pada tahun 2016 lalu, Miyazaki menyebut, “Siapa pun yang telah menciptakan hal ini tak tahu arti penderitaan,” usai melihat demo Artificial Intelligence (AI) yang menunjukkan animasi tubuh tengah bergerak dengan menyeret diri.
Miyazaki pun dengan tegas menyatakan dirinya takkan memasukkan teknologi tersebut ke dalam karya-karyanya. Dirinya juga menilai bahwa hal tersebut adalah salah satu bentuk penghinaan terhadap kehidupan.
Lebih lanjut, Josh Weigensberg yang merupakan pakar hukum menyorot potensi masalah terkait hak cipta dalam penggunaan AI yang meniru gaya khas Studio Ghibli.
Dirinya menyebut meskipun gaya tak dapat dilindungi oleh hak cipta, namun elemen-elemen spesifik yang ada di dalam karya seni dapat menjadi pertimbangan hukum.
Sementara itu, pernyataan yang dikeluarkan OpenAI sebelumnya kepada Wall Street Journal, menyebut bahwa fitur GPT-40 telah dilatih dengan data yang tersedia secara publik dan data eksklusif yang bersumber dari kemitraan, salah satunya dengan Shutterstock.
Brad Lightcap selaku Chief Operating Officer OpenAI, menyebut bahwa pihaknya menghormati hak seniman. Mereka juga memiliki kebijakan yang mencegah membuat gambar yang secara langsung meniru karya dari para seniman yang masih hidup.
OpenAI pun menyediakan formulir out-put untuk kreator yang menginginkan karyanya untuk dihapus dari dataset pelatihan. Perusahaan turut menyebut pihaknya menghormati permintaan untuk mencegah bot web-scraping yang mengumpulkan data dari situs web, salah satunya adalah gambar.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news detaktribe.com.