Detak Tribe – Bank Indonesia (BI) telah mengeluarkan pernyataan mengenai keprihatinannya terhadap potensi risiko disinflasi gradual yang mungkin timbul akibat ketegangan geopolitik yang sedang terjadi di level global.
Menurut Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, situasi ketidakpastian ekonomi global, terutama sebagai dampak dari gangguan aktivitas distribusi barang akibat masalah di Terusan Suez, dapat menyebabkan disinflasi yang berdampak secara bertahap pada perekonomian.
“Isu yang menjadi perhatian kami adalah proses disinflasi yang berlangsung secara bertahap. Terlebih lagi, gangguan suplai barang akibat masalah di Terusan Suez akan memperlambat proses disinflasi, yang berpotensi memengaruhi situasi ekonomi dalam jangka waktu yang lebih panjang,” ungkap Destry Damayanti dalam diskusi LPPI di Jakarta, Jumat (23/02/2024)
Disinflasi, yang merujuk pada peningkatan tingkat harga pada tingkat pertumbuhan yang lebih lambat, diprediksi bisa terjadi karena gangguan suplai barang dari konflik geopolitik di Timur Tengah memperpanjang waktu pengiriman, mengganggu aktivitas distribusi di dalam negeri, dan berdampak pada kenaikan suku bunga yang diperkirakan akan bertahan lebih lama.
Meskipun demikian, Destry menyatakan bahwa Indonesia telah menunjukkan ketahanan ekonomi yang baik, dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2023 mencapai 5,05 persen, melebihi ekspektasi. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia memiliki ketahanan yang cukup kuat.
BI berkomitmen untuk terus memperkuat kebijakan ekonomi pada tahun ini dengan mempertahankan kebijakan moneter yang stabil, serta kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Pernyataan ini menegaskan upaya BI dalam menjaga stabilitas ekonomi dan mendukung pertumbuhan yang berkesinambungan di tengah tantangan global yang terus berubah.