Detak Tribe – Aksi massa menolak revisi UU Pilkada pecah di berbagai wilayah Indonesia pada Kamis (22/08/2024) kemarin. Ada hal menarik ketika aksi massa ini berlangsung.
Di Jakarta, selain mahasiswa, pelajar, akademisi, dan buruh, beberapa wajah dalam komunitas Stand Up Indo dan perfilman turut hadir dalam aksi ini.
Mulai dari Abdel Achrian, Abdur Arsyad, Bintang Emon, Arie Kriting, Mamat Alkatiri, Adjis Doaibu, Yudha Keling, Arif Brata, dan Rigen Rakelna. Selain itu, Reza Rahadian dan Joko Anwar juga terlihat hadir dalam aksi tersebut.
Sementara di Yogyakarta, selain mahasiswa, aksi massa menolak revisi UU Pilkada juga nampak dihadiri oleh paguyuban pedagang, masyarakat sipil, serta penerbit dan toko buku independen. Rektor UII turut menyampaikan aspirasinya dalam aksi massa.
Aksi besar yang berlangsung kemarin (22/08/2024) ini membuat berbagai media di luar negeri turut menyorotinya. Reuters, media Inggris menyebut ini sebagai “minggu yang dramatis” menjelang di masa akhir jabatan Presiden Jokowi.
BBC, media asal Inggris, juga memberitakan aksi massa yang berlangsung di Jakarta, Padang, Yogyakarta, dan Bandung. BBC dalam “Police Clash with Protesters Over Indonesia Law Change” menulis bahwa revisi UU Pilkada yang akan disahkan DPR menguntungkan sejumlah partai koalisi.
Beberapa media di Korea Selatan juga turut mengabarkan aksi massa menolak revisi UU Pilkada ini. KBS menulis artikel dengan judul “Mengubah Undang-undang agar Putra Presiden Bisa Mencalonkan Diri? Indonesia ‘Terkejut’”
Maekyung, media asal Korea Selatan, menulis aksi massa yang meluas di Indonesia, membuat proses pengesahan revisi RUU Pilkada menjadi dibatalkan sementara. Media Korea Selatan lain yang turut menulis aksi massa ini adalah Yonhap.
Laporan Yonhap berjudul “Akankah UU Diubah untuk Mencalonkan Putra Kedua setelah Putra Pertama Presiden? Rakyat Indonesia Marah” menulis bahwa keputusan yang dilakukan DPR RI bertentangan dengan putusan MK sebelumnya mengenai revisi UU Pilkada 2024.
The Sraits Times, media asal Singapura, menyebut bahwa aksi massa di Indonesia sebagai bentuk menolak terjadinya dinasti. Dalam artikel berjudul “Protest Hit Indonesia, Stalling Moves to Rejig Election Law” juga membahas saham Indonesia yang merosot.
Sementara nilai rupiah juga menurun 0,8% dari USD. Kondisi ini dinilai menjadikan rupiah mendapat kinerja yang buruk di antara mata uang Asia lainnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news detaktribe.com.