News

Karhutla Terjadi di Muara Enim Sejak Akhir Agustus 2024, 55 Hektare Lahan Terbakar, dan 5 Helikopter Dikerahkan untuk Memadamkan Api

×

Karhutla Terjadi di Muara Enim Sejak Akhir Agustus 2024, 55 Hektare Lahan Terbakar, dan 5 Helikopter Dikerahkan untuk Memadamkan Api

Sebarkan artikel ini
Karhutla Terjadi di Muara Enim Sejak Akhir Agustus 2024, 55 Hektare Lahan Terbakar, dan 5 Helikopter Dikerahkan untuk Memadamkan Api
Ilustrasi, Karhutla terjadi di Muara Enim sejak akhir Agustus 2024, 55 hektare lahan terbakar, dan 5 helikopter dikerahkan untuk memadamkan api. (pexels.com/Pixabay)

Detak Tribe – Sejak Kamis, 29 Agustus 2024 lalu, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) terjadi di Muara Enim, Sumatera Selatan, tepatnya di Desa Suka Maju, Kec. Sungai Rotan.

Kebakaran hutan dan lahan juga terjadi di Desa Teluk Limau dan Desa Putak yang sama-sama terletak di Kec. Gelumbang.

Sudirman, selaku Kepala Bidang Penanganan Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan (Sumsel), menjelaskan bahwa sejak Senin (09/09/2024) Karhutla di Desa Teluk Limau dan Desa Putak sudah padam, tetapi masih berasap.

Lahan yang terbakar tercatat seluas 25 hektare di Desa Teluk Limau dan seluas 15 hektare di Desa Putak. Kebakaran hutan juga terjadi di Desa Suka Dana seluas 5 hektare dan Desa Mulia Abadi yang terletak di Kec. Muara Belida seluas 10 hektare.

Sehingga, total luas lahan gambut yang terbakar mencapai 55 hektare. Karhutla di sejumlah wilayah tersebut diketahui sebagai tipe kebakaran permukaan dengan vegetasi hutan dan gambut tipis.

Pemadaman kebakaran dilakukan oleh masyarakat, Pemerintah Desa, Koramil, Damkar, Manggala Agni, serta TRC Posko Induk BPBD, dan TRC BPBD Posko Sungai Rotan.

Sudirman menjelaskan bahwa pemadaman juga dilakukan lewat jalur udara dengan mengerahkan lima helikopter. Hingga Senin (09/09/2024), total water bombing yang dilakukan adalah sebanyak 216 kali, yakni setara dengan 808 ribu liter air yang ditumpahkan.

Helikopter pertama adalah Sikorsky UH-60A/VH-8UH yang melakukan dua kali sorti, yakni 42 kali water bombing di wilayah Sungai Rotan dan 18 kali water bombing di Muara Belida. Sebanyak 240 ribu liter air digunakan dalam proses ini.

Helikopter kedua adalah Sikorsky UH-60A/VH-UHS yang juga melakukan dua kali sorti. 45 kali water bombing di Sungai Rotan dan Muara Belinda sebanyak 18 kali water bombing. Total air yang digunakan adalah 252 ribu liter air.

Helikopter selanjutnya adalah RA 22700/MI-8 AMT yang melakukan satu kali sorti, yakni 46 kali water bombing dengan jumlah air setara dengan 184 ribu liter untuk Sungai Rotan.

Sementara helikopter keempat adalah Puma N815AR/SA330J yang melakukan 3 kali water bombing di Muara Belida dan 14 kali water bombing di Sungai Rotan atau setara dengan 12 ribu liter air.

Terakhir adalah helikopter UR VBE MI-8 MSB-T yang melakukan 30 kali water bombing di Sungai Rotan, yakni setara dengan 120 ribu liter air. Kelima helikopter fokus untuk memadamkan Karhutla di Sungai Rotan dan Muara Belida.

Pemadaman dengan jalur udara dilakukan karena pemadaman api sulit ditembus bila hanya mengandalkan jalur darat. Pemadaman dengan jalur udara juga membuat helikopter melakukan pembasahan lahan dan mencegah Karhutla masuk ke dalam pemukiman warga.

Hingga hari Selasa (10/09/2024), penyebab kebakaran belum dapat diketahui. Namun Sudirman kembali menjelaskan bahwa selama dua hari terakhir titik panas di Sumsel menunjukkan penurunan.

Hal tersebut membuat sebagian wilayah mengalami mendung, mengalami hujan, dan membuat titik panas turun secara drastis. Hujan yang terjadi turut membantu dalam proses pemadaman serta pembasahan lahan di Muara Enim, meski intensitasnya ringan hingga sedang.

Titik panas pada Minggu (08/09/2024) tercatat hanya sebanyak 33 titik dan menjadi 29 titik pada Senin (09/09/2024). Jumlah tersebut jauh berbeda dengan jumlah titik panas sebelumnya yang mencapai ratusan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news detaktribe.com.