Detak Tribe – Perusahaan yang bergerak di bidang industri game dan animasi di Menteng, Jakarta Pusat, akhir-akhir ini ramai diperbincangkan karena pihak atasannya diduga melakukan tindak eksploitasi, kekerasan, dan penindasan terhadap para karyawan.
Peristiwa yang viral di sosial media X ini bermula ketika beredar bukti terkait tindak kekerasan fisik dan verbal yang diterima oleh para mantan karyawan di BV Studios.
Perusahaan tersebut diketahui mulai beroperasi sekitar tahun 2019 dan dimiliki oleh pasangan suami istri asal Hong Kong dengan kewarganegaraan Kanada. Jumlah karyawannya kurang lebih sebanyak 80 orang.
Hasil penelusuran menunjukkan bahwa perusahaan tersebut tak lagi beroperasi sejak Juli 2024. Meski demikian, baik terduga CL, KL, dan JA, mantan atasan di BV Studios, diketahui tengah membuka perusahaan di bidang yang sama dan tengah melakukan proses rekrutmen karyawan.
Tindak eksploitasi, kekerasan, dan penindasan dialami oleh para karyawan dalam berbagai bentuk. Dimulai dari jam kerja yang tak menentu karena ada yang mulai kerja pada subuh pukul 05.00 WIB. Denda sebesar Rp 3 juta juga diberikan bila terlambat masuk kerja.
Selain jam masuk, jam pulang para karyawan juga tak jelas. Ada karyawan yang pulang pukul 18.00 WIB, tetapi ada juga yang bekerja dan baru diperkenankan pulang pada subuh pukul 04.00 WIB.
Selain jam kerja, upah yang diberikan kepada karyawan pun tak sesuai. Misalnya ada karyawan yang bekerja dengan beban pekerjaan seorang full-time, tetapi digaji setingkat dengan karyawan internship.
Tindak kekerasan secara fisik juga dialami oleh mantan karyawan berinisial CS. Dalam keterangan unggahan yang viral di X menyebutkan bahwa CS diminta untuk menampar dirinya sendiri, membenturkan kepalanya ke tembok, serta perusakan barang pribadi yang diperintahkan untuk direkam oleh mantan bos BV Studios.
Kombes Susatyo Purnomo Condro, Kapolres Metro Jakarta Pusat, menyebutkan bahwa pihaknya telah melakukan pemeriksaan Tempat Kejadian Perkara (TKP) di kantor yang diduga melakukan eksploitasi serta menindas para karyawannya.
Meski demikian, Kombes Susatyo menerangkan belum dapat memberikan penjelasan terkait hasil pemeriksaan yang dilakukan karena masih berada dalam proses lidik. Namun, dirinya menegaskan akan segera menyampaikan temuan terbaru yang hasilnya akan dikeluarkan oleh tim yang bertugas.
Di lain sisi, Ratih Rachmawati, Asisten Deputi Pelayanan Perempuan Korban Kekerasan Kementerian Pemberdayan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), meminta agar kasus ini harus segera ditangani.
Mengingat kantor BV Studios sudah berhenti beroperasi sejak Juli 2024 dan khawatir terduga pelaku kabur dan menghilangkan jejak ke luar negeri.
Ratih Rachmawati juga menjelaskan bahwa pihak KemenPPPA melakukan koordinasi dengan Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) DKI Jakarta untuk memastikan korban memperoleh perlindungan, baik secara hukum maupun psikologis.
Ratih juga menerangkan bahwa UPTD PPA telah menghubungi korban untuk melakukan asesmen awal terkait kondisinya pada esok hari (17/09/2024). Selain asesmen, layanan terhadap konsultasi hukum juga dijadwalkan pada hari yang sama.
Selain pemantauan dan penyelidikan yang dilakukan oleh pihak kepolisian, KemenPPA, dan UPTD PPA DKI Jakarta, pemantauan juga dilakukan oleh pihak imigrasi. Saat ini, pihak imigrasi diketahui melakukan pemantauan terhadap CL, co owner BV Studios, sekaligus istri dari pemilik BV Studios, KL.
Meski tengah melakukan pemantauan, pihak imigrasi tak menjelaskan keberadaan CL dan KL. Achmad Nur Saleh, Sub Koordinator Humas Ditjen Imigrasi, menjelaskan bahwa pihak imigrasi tak dapat sembarangan melakukan pengecekan terhadap data perlintasan.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news detaktribe.com.