Detak Tribe – Kecelakaan pesawat Jeju Air Boeing 737-800 dengan penerbangan 7C-2216 maskapai Korea Selatan terjadi pada hari Minggu (29/12/2024).
Kecelakaan yang terjadi di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan tersebut lantas menimbulkan berbagai pertanyaan karena dinilai sebagai kondisi yang tidak wajar.
Pesawat yang membawa 181 orang dengan 175 penumpang serta 6 kru tersebut semula dikabarkan mengalami kecelakaan karena menabrak burung atau yang dikenal dengan insiden bird strike.
Meski demikian, para ahli dalam dunia penerbangan skeptis menilai bahwa bird strike sanggup menyebabkan kegagalan hidrolik atau hydraulic failure yang berakibat pada kecelakaan pesawat.
Analisis yang dilakukan melalui rekaman video menunjukkan bahwa landing gear atau roda pendaratan tak keluar dan flaps atau sirip sayap pesawat yang tak menjulur keluar ketika mendarat.
Kemudian kecepatan tinggi ketika belly landing, sampai dengan faktor non-teknis struktur beton yang berada di ujung runway, dinilai sebagai kegagalan yang terlihat pada rekaman.
Sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa sejumlah faktor, mulai dari kegagalan mekanis atau human error, kemungkinan berpengaruh terhadap kecelakaan pesawat Jeju Air.
Sementara itu, kabar terbaru menyebutkan bahwa 179 korban telah dievakuasi bersama dengan dua awak pesawat yang berhasil diselamatkan.
Pejabat dari Kementerian Agraria, Infrastruktur dan Transportasi Korea Selatan menjelaskan bahwa pengambilan data penerbangan beserta perekam suara telah usai dilakukan untuk menyelidiki penyebab kecelakaan.
Diperlukan waktu selama beberapa bulan sampai tahun untuk mengetahui secara pasti penyebab dari kecelakaan pesawat tersebut.
Choi Sang-mok Pelaksana Tugas Presiden Korea Selatan mengumumkan masa berkabung selama seminggu atas tragedi ini. Dirinya menjelaskan bahwa pemerintah telah menetapkan sampai 4 Januari 2025 pada tengah malam sebagai masa berkabung nasional.
Selain itu, altar peringatan bersama yang berada di 17 kota serta provinsi yang ditujukan sebagai ungkapan belasungkawa kepada para korban juga akan didirikan.
Selama masa berkabung, pegawai negeri sipil yang berada di semua kemeterian, lembaga publik, sampai pemerintah daerah akan menggunakan pita berkabung. Hal ini juga merupakan simbol janji untuk menyelidiki kasus ini dengan serius serta memastikan agar mencegah tragedi ini kembali terulang.
Kecelakaan pesawat Jeju Air pada penghujung tahun 2024 ini menjadi kecelakaan pesawat terbesar dalam sejarah modern penerbangan Korea Selatan. Kecelakaan pesawat terbesar pernah terjadi pada tahun 1993 dengan jumlah korban sebanyak 66 orang.
Sementara itu, Kim E-bae CEO Jeju Air meminta maaf di hadapan publik karena kecelakaan ini. Kim menyampaikan belasungkawa mendalam kepada keluarga korban.
Dalam permintaan maaf dan belasungkawa, Kim menegaskan bahwa tim khusus yang didedikasikan untuk mendukung keluarga korban telah dibentuk.
Di lain sisi, berbagai tokoh dunia turut menyampaikan belasungkawa atas kecelakaan pesawat Jeju Air. Termasuk Uni Eropa, China, Jerman, Spanyol, Serbia, Iran, Turkiye, hingga Singapura.
Paus Fransiskus yang merupakan Kepala Negara Vatikan serta Umat Katolik di dunia mengungkapkan belasungkawa dengan doa bagi para korban meninggal dunia dan penyintas dalam kecelakaan Jeju Air.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news detaktribe.com.