Inspirasi

Mengenal Rohana Kudus: Wartawati Pertama di Indonesia dan Pelopor Pendidikan Perempuan di Sumatera Barat

×

Mengenal Rohana Kudus: Wartawati Pertama di Indonesia dan Pelopor Pendidikan Perempuan di Sumatera Barat

Sebarkan artikel ini
Mengenal Rohana Kudus: Wartawati Pertama di Indonesia dan Pelopor Pendidikan Perempuan di Sumatera Barat
Mengenal Rohana Kudus: wartawati pertama di Indonesia dan pelopor penddikan perempuan di Sumatera Barat. (id.wikipedia.org)

Detak Tribe – 3 tahun yang lalu, tepatnya pada 8 November 2021, Google Doodle menampilkan sosok Rohana Kudus, yakni wartawati pertama di Indonesia.

Dua tahun sebelumnya di tanggal yang sama, Rohana Kudus ditetapkan sebagai pahlawan nasional oleh Joko Widodo, Presiden ke-7 Republik Indonesia. Ketetapan tersebut tercantum di dalam Surat Menteri RI no: 23/MS/A/09/2019 pada tanggal 9 September 2019.

Artikel ini membahas perjalanan hidup Rohana Kudus, terutama saat dirinya memajukan pendidikan perempuan di Sumatera Barat, perannya sebagai wartawati, serta pergerakannya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Kelahiran Siti Ruhana

Roehanna Koeddoes atau Rohana Kudus dalam ejaan versi populer, lahir sebagai Siti Ruhana pada 20 Desember 1884 di Koto Gadang, Kab. Agam, Sumatera Barat.

Ayahnya bernama Mohammad Rasjad Maharadja Soetan, seorang kepala jaksa di Keresidenan Jambi lalu setelahnya di Medan.

Ruhana merupakan saudari tiri dari Sutan Sjahrir juga sepupu dari Agus Salim, sosok-sosok pahlawan yang kita kenal sebagai seorang politisi dan intelektual penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Ruhana juga mak tuo atau tante dari Chairil Anwar, salah satu penyair masyhur yang Indonesia miliki.

Meski tak mengenyam bangku pendidikan formal, Ruhana dikenal sebagai sosok yang cerdas. Dia kerap belajar dengan sang ayah dalam studi bahasa.

Saat ayahnya bekerja di Alahan Panjang, Sumatera Barat, dia meminta para tetangga yang di dalamnya terdapat istri dari jaksa lain untuk mengajari Ruhana membaca dan menulis dalam aksara Latin dan Jawi.

Selain membaca dan menulis, Ruhana juga belajar mengenai keterampilan rumah tangga, salah satunya membuat renda.

Usai ibunya meninggal pada 1897, Ruhana memutuskan kembali tinggal di Koto Gadang. Dirinya kian tertarik untuk mengajari perempuan-perempuan di sana belajar membaca Al-Qur’an dan kerajinan tangan, meski dirinya sendiri masih seorang anak-anak.

Walaupun demikian, Ruhana tetap rajin belajar bersama sang ayah. Ayahnya juga diketahui selalu membawa bahan bacaan untuk Ruhana dari kantornya. Semangat belajar tinggi yang Ruhana miliki membuatnya cepat dalam menguasai materi.

Di usia yang terhitung belia, Ruhana sudah bisa membaca, menulis, bahkan berbahasa Belanda. Dia juga belajar bahasa lain, seperti Arab, Arab-Melayu, dan Latin.

Ruhana juga banyak membaca majalah terbitan Belanda yang di dalamnya berisi berita terkait politik, pendidikan, serta gaya hidup yang ada di Eropa.

Jejak Rohana Kudus di Bidang Pendidikan

1905 tercatat sebagai tahun yang penting karena pada saat itu upaya Ruhana dalam mendirikan pendidikan semakin terorganisir. Dia mendirikan sekolah artisanal di Koto Gadang.

Kemudian saat menginjak usia ke 24 tahun, Ruhana menikah dengan seorang notaris, yakni Abdoel Koeddoes. Setelah menikah, Ruhana dikenal sebagai Roehana Koeddoes.

Suami Rohana diketahui mendukung penuh upayanya dalam mendidik perempuan. Akhirnya pada 1911, Rohana mendirikan perkumpulan pendidikan perempuan pertama di Sumatera Barat dengan nama Kerajinan Amai Setia.

Secara khusus Kerajinan Amai Setia bertujuan mengajarkan keterampilan yang ranahnya berada di luar tugas rumah tangga biasa, kemudian membaca tulisan Latin dan Jawi, serta mengelola rumah tangga.

Tantangan yang Rohana hadapi saat itu adalah keengganan untuk berubah dalam memajukan perempuan. Namun, dukungan yang tiada henti dari suaminya menguatkan Rohana.

Rohana berhasil membujuk masyarakat berpihak pada dirinya dengan merekrut sebanyak 60an siswi. Kemudian empat tahun setelahnya pada 1915, Sekolah Amai Setia mendapat pengakuan dari pemerintah Hindia Belanda.

Kerajinan Amai Setia pun menjadi pusat pengrajin dan bekerja sama dengan pemerintah Belanda untuk menjual karya mereka di kota-kota besar maupun luar negeri.

Kerajinan Amai Setia adalah satu-satunya produsen kerajinan yang memenuhi standar dalam pembelian internasional.

Basis Sekolah Kerajinan Amai Setia adalah koperasi simpan pinjam, jual-beli, serta industri rumah tangga yang seluruh anggotanya adalah perempuan.

Bangunan Kerajinan Amai Setia masih berdiri hingga saat ini dan berfungsi menjadi museum. Sekolah tersebut terletak di Nagari Koto Gadang, Kec. IV Koto, Kab. Agam.

Tak sedikit petinggi Belanda yang kagum terhadap kemampuan serta kiprah yang dimiliki Rohana. Sehingga dirinya pun menjadi topik pembicaraan di Belanda.

Perjuangannya pun tertulis dalam surat kabar terkemuka. Sosok Rohana disebut sebagai pelopor pendidikan perempuan pertama di Sumatera Barat.

Rohana kemudian ditetapkan menjadi guru di sebuah sekolah untuk orang Indonesia pada tahun 1916 di Payakumbuh, Sumatera Barat.

Bahkan ketika dirinya aktif sebagai jurnalis, Rohana tetap bekerja di bidang pendidikan. Hal ini turut membuktikan kecintaan Rohana yang besar terhadap dunia pendidikan.

Menulis untuk Memperjuangkan Perempuan

Selain bergelut memajukan pendidikan dan keterampilan perempuan, Rohana juga aktif menulis artikel dan puisi.

Dirinya yang fasih dalam berbahasa Belanda turut membuatnya semakin dikenal sebagai sosok berwawasan yang luas.

Dia kemudian mengirimkan surat ke Soetan Maharadja, pemimpin redaksi di Oetoesan Melajoe. Dalam suratnya, Rohana mengusulkan untuk mendirikan surat kabar yang berorientasi perempuan.

Soetan Maharadja yang telah mendengar berbagai kegiatan pendidikan yang dilakukan Rohana akhirnya memutuskan untuk meluncurkan Soenting Melajoe pada 10 Juli 1912.

Nama surat kabar itu pun mengacu pada Sunting, yakni hiasan kepala tradisional yang dipakai perempuan, namun sekaligus plesetan kata lain yang bermakna menyunting atau mengoreksi.

Rohana berperan sebagai pemimpin redaksi dan dibantu oleh Zoebaidah Ratna Djoewita yang merupakan putri dari Soetan Maharadja.

Soenting Melajoe didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan pendidikan perempuan Indonesia. Hal ini dikarenakan materi pendidikan modern berbahasa Melayu (Indonesia) relatif terbatas karena mayoritas berbahasa Belanda.

Soenting Melajoe terbit tiga kali dalam satu minggu. Pembahasan Soenting Melajoe adalah isu-isu sosial terkini pada masanya, seperti pendidikan anak perempuan, tradisionalisme, perceraian, dan poligami.

Soenting Melajoe kemudian tercatat sebagai surat kabar perempuan pertama di Indonesia yang pemimpin redaksi, redaktur, hingga penulisnya adalah perempuan.

Perjuangan dalam Kemerdekaan Indonesia

Rohana turut terlibat di dalam pergerakan melawan serangan dan tekanan Belanda. Tulisan yang Rohana buat sanggup membakar semangat para pemuda untuk berjuang.

Selain itu, Rohana juga diketahui pelopor dapur umum serta badan sosial yang ditujukan untuk membantu para gerilyawan.

Dia turut menyusun strategi untuk menyeludupkan senjata dari Kotagadang ke Bukittinggi lewat Ngarai Sianok.

Senjata-senjata tersebut kemudian disembunyikan di dalam tumpukan sayur dan buah-buahan yang dibawa ke Payakumbuh dengan kereta api.

Rohana gigih berjuang hingga akhir hayatnya, termasuk saat dirinya berada di Lubuk Pakam dan Medan.

Selama di sana, Rohana terus mengajar juga memimpin surat kabar Perempuan Bergerak. Saat kembali ke Padang, Rohana menempati posisi redaktur di surat kabar Radio.

Rohana Kudus wafat di Jakarta pada 17 Agustus 1972 dan dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak.

Pada 1974, pemerintah daerah Sumatera Barat memberikan penghargaan kepada Rohana Kudus sebagai Wartawati Pertama.

Kemudian pada tahun 1987, Rohana Kudus memperoleh penghargaan sebagai Perintis Pers Indonesia. Rohana Kudus turut dianugerahi Bintang Jasa Utama pada 2007.

Kemudian sejak 7 November 2019, pemerintah Indonesia mendeklarasikan Rohana Kudus sebagai Pahlawan Nasional Indonesia melalui Keputusan Presiden No. 120/TK/2019.

Dua tahun setelahnya perjuangan dan perjalanan hidup Rohana Kudus diangkat dan dirayakan oleh Google Doodle.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news detaktribe.com.